Still working to recover. Please don't edit quite yet.

William Godwin

From Anarchopedia
Revision as of 07:01, 2 August 2010 by 114.56.148.32 (Talk)

(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Jump to: navigation, search
William Godwin

William Godwin (3 Maret 1756 – 7 April 1836).

Hati William Godwin “berdetak tinggi dengan sentimen yang hebat akan kebebasan” ketika mengetahui berita mengenai Revolusi Perancis, sebuah kejadian yang memberinya inspirasi untuk menulis Enquiry Concerning of Political Justice. Tulisan ini diterbitkan pada bulan Februari 1793, buku pertama yang menyatakan, “sebuah bentuk yang lumayan definitif tentang prinsip-prinsip ekonomi dan politik dari Anarkisme.”

Dua bulan sebelumnya, Thomas Paine baru saja pergi ke Perancis untuk melarikan diri dari hukuman mati karena tulisannya yang berjudul The Rights of Man. Pemerintah juga berencana untuk menangkap Godwin namun mengurungkan niat mereka karena pertimbangan bahwa dengan harga tiga guinea, Godwin akan cukup sulit meraih pembaca yang luas. Namun mereka salah perkiraan. Ratusan kelompok pekerja di seluruh penjuru Inggris mengumpulkan uang mereka bersama untuk membeli Political Justice dan mendiskusikan ide-idenya. Ini juga menjadi masa bagi keyakinan penyair-penyair era Romantis. Buku ini membuat nama Godwin melambung:


Ia memancar bagai matahari dalam cakrawala reputasi, tak ada yang lebih dibicarakan, dicari, dikejar-kejar dan di manapun kebebasan, kebenaran dan keadilan menjadi temanya, namanya pasti muncul di situ.


Godwin memandang masyarakat sebagai suatu fenomena alami yang lahir dari dunia yang alami dan berpotensi melakukan pembangunan menuju tatanan yang lebih baik: sebuah masyarakat yang egalitarian dan desentralis yang berdasarkan atas pertukaran sukarela atas kekayaan material. Dunia ideal dari keadilan individual dan persamaan akan disebarkan melalui pendidikan serta propaganda dan bukan melalui aktivitas politik, karena menurut Godwin, “perubahan-perubahan politik, bahkan yang paling revolusioner sekalipun, hanya akan bersifat sementara kecuali didasari dengan sebuah perubahan perilaku moral yang mendalam.”

Ia yakin bahwa pemerintah bukan saja tidak diperlukan tapi juga berbahaya untuk mengatur permasalahan manusia, dengan alasan bahwa, “pemerintah telah menjadi satu-satunya pengaruh yang terkuat dari karakter dan kebiasaan manusia, pemerintah juga yang harus bertanggung jawab dari seluruh permasalahan yang ada di dunia”. Menurut Godwin, jika prinsip pemerintah dan efeknya dihilangkan maka pikiran manusia secara sendirinya akan berkembang menuju sebuah akal yang lebih hebat, adil dan benar:


Dengan cara bagimanakah seharusnya setiap kawan mengetahui bahwa mahkluk hidup bergerak menuju penghapusan dari pemerintahan politik, dari mesin brutal yang menjadi penyebab abadi dari sifat buruk manusia, dan yang memiliki berbagai kejahatan yang terbentuk dengan hakikatnya, dan tidak akan terhapuskan kecuali dengan penghancurannya sama sekali!


Pemerintah dalam prakteknya hanya bekerja untuk orang kaya, mengandalkan kekuatan individual dan meninggikan, “kekayaan terbaik yang diharapkan.” Sistem semacam ini memberdayakan kompetisi, kecemburuan dan keserakahan; mendukung ketimpangan ekonomi; menciptakan kemorosotan sosial, kelaparan, perang, dan musuh utama dari, “objek yang paling diinginkan: kebahagiaan moral dan intelektual dari spesies manusia.” Kemanusiaan, ketika dibebaskan dari pemerintah, akan berkemampuan untuk melakukan perbaikan yang luas:


Kesempurnaan merupakan satu dari karakteristik-karakteristik yang tidak perlu diragukan lagi dari spesies manusia, supaya pengertian politik dan intelektual dari kemanusiaan dapat diperkirakan berada di dalam sebuah alur perbaikan yang progresif.


Sudah tentu jika kesempurnaan manusia juga memiliki batasanbatasan dan kekurangan. Masa tua, kematian, kelemahan moral dan fisik adalah sebagian dari contohnya, dan contoh-contoh ini tidak dapat dihindari. Namun di sisi lain, pemerintah dan otoritas, adalah sesuatu yang bisa dan harus dihindari. Kesempatan untuk melakukan ini bersandar di dalam sisi alami yang terdalam dari masyarakat manusia, karena di dalam masyarakatlah tempat luas bagi kebebasan dapat eksis: kebebasan untuk bereksperimen, mencari tahu, mencipta, berkreativitas, dan kehendak bebas untuk melakukan sesuatu. Otoritas, bagaimanapun, akan membatasi semua itu dan mengalihkan sisi intelek dari sisi alami yang adil. Namun ketika bebas dari belenggu rantai otoritas, sisi intelek justru akan semakin mendekat pada sisi alami keadilan yang lebih besar lagi.

Keadilan adalah esensi utama dari filsafat Godwin. Keaslian masyarakat dilihat dari kebutuhan untuk bekerja sama antara mereka, dan itu digerakan oleh prinsip-prinsip keadilan: “Sebuah aturan main yang diciptakan dari hubungan satu manusia dengan yang lainnya,” yang menuntut kita untuk mampu mensejahterakan dan membantu yang lainnya, semaksimal mungkin. Godwin menulis, “Aku merasa berkewajiban untuk menggunakan bakat, pemahaman, kekuatan dan waktuku demi penghasilan kuantitas yang hebat dari kebutuhan umum.”

Namun kebutuhan umum ini tidak dihargai lebih dari individu: “masyarakat itu tidak lebih dari sebuah koleksi individu-individu. Hak-hak dan kewajibannya mestilah koleksi dari hak-hak dan kewajiban mereka sendiri, yang satu tidak lebih arbitrer dari yang lainnya.” Masyarakat eksis demi kepentingan individu, bukannya sebaliknya. Bahkan, perbaikan terbesar dari masyarakat datang melalui perbaikan dari individu-individu di dalamnya: dari situ akan “memperbesar pengertian, menyuplai dorongan-dorongan untuk kebajikan, memenuhi kita dengan kesadaran yang mulia dari kemandirian dan dengan hati-hati menghapuskan apapun yang akan mengurangi kemampuan kita.”

Setelah “paham” ini diterima, bahwa kemandirian individu itu adalah yang penting, maka akan berlangsung pemahaman bahwa semua individu itu penting—bahwa tidak ada satu pun yang lebih penting dari yang lainnya. Dalam kata lain, seluruh makhluk hidup itu setara dan oleh karena itu samasama memiliki hak yang setara dalam keadilan.

Keadilan dan kesetaraan tidak akan dapat dilakukan oleh pemerintah, karena mereka hanya akan mempromosikan ketidaksetaraan juga ketidakadilan. Pemerintah, ataupun segala bentuk otoritas, tidak mempunyai hak atas individu, juga tidak seharusnya peraturan mereka dipatuhi. Hanya pemahaman dari individu itu sendiri yang dapat mengungkap, dan hanya individulah yang dapat memutuskan, aturan main mana yang adil dan sesuai dengan mereka sendiri. Apabila pemerintah dihapuskan, dan individu hanya dibimbing oleh akal mereka sendiri, maka terciptalah sebuah masyarakat dengan keharmonisan tanpa batas.

Apa yang ditekankan Godwin pada sisi individual tidaklah membuang kemungkinan bagi pembuatan keputusan secara kolektif maupun bersama. Dia menekankan bahwa, dalam fungsinya yang terbaik, kedua proses tersebut sangatlah mirip. Ketika individu bertemu bersama untuk membicarakan sebuah masalah, metode debat dan argumen akan mengikuti secara dekat pemikiran individual yang akan sampai pada kesimpulan sendiri-sendiri. Keduanya merupakan, “cara-cara untuk menemukan mana yang benar dan mana yang salah, dan untuk mempersiapkan proposisi tertentu dengan standar-standar kebenaran abadi.” Namun meskipun begitu, keputusan bersama semacam itu tidak dapat menjadi peraturan yang menjadi kekuasaan di atas individu; bagi Godwin hanya ada satu hukum yang mungkin, yaitu akal itu sendiri: “keputusan-keputusannya tidak dapat dibantah dan seragam. Fungsi dari masyarakat meluas, bukan pada pembuatan, tapi pada interpretasi dari hukum; ia tidak dapat memutuskan, ia hanya dapat mengumumkan sisi alami yang telah diputuskan...”

Apabila keputusan kolektif melangkah melampaui akal, para individu harus menolaknya. Godwin menekankan persuasi yang jujur dan bantahan pasif terhadap keputusan yang tidak adil, penggunaan kekuatan dan kekerasan adalah cara terakhir yang akan dipakai ketika semua cara telah gagal. Metode terbaik, menurutnya, adalah kontak langsung antar individu, dan bukannya kelompok-kelompok politik. Kelompok-kelompok politik, tidak diragukan lagi akan mementingkan banyaknya kuantitas daripada akal. Dalam waktu-waktu tertentu mungkin cukup diperlukan untuk membentuk “asosiasi-asosiasi” untuk mempertahankan kebebasan, namun:


Manusia harus bertemu bersama tidak dengan paksaan tapi dengan ajakan. Kebenaran menyangkal aliansi yang berjumlah banyak.


Semenjak saat itu, penekanan pada grup-grup kecil yang bersifat sementara, yang bergabung secara alami di dalam asosiasi yang bebas, menjadi topik sentral dari teori dan praktek anarkis.

Godwin menjelaskan sebuah masyarakat anarkis yang terdesentralisasi dan disederhanakan. Administrasi yang dilokalkan akan menggantikan sentralisasi yang kompleks dari negara-negara dan akan membangun sebuah dunia republik yang tidak memiliki batas-batas nasional. Masyarakat akan bekerja secara kolektif dan mengambil keperluan mereka secara bebas di warung-warung bersama, memutuskan sendiri apa yang mereka inginkan tanpa ada keterlibatan “praktek-praktek terburuk dari segalanya,” uang dan perdagangan. Dengan dihapuskannya penumpukan properti dan ketidaksetaraan ekonomi yang, “menginjak kekuatan berpikir ke dalam debu, menghabisi kegemilangan yang jenius dan mereduksi masyarakat manusia yang hebat menjadi terbenam di dalam keinginan-keinginan yang buruk,” Semua orang akan “bersatu bersama tetangga mereka dengan cinta dan kemuliaan mutual yang seribu kali lebih baik dari sekarang ini; namun tiap orang akan menilai dan memahaminya bagi diri mereka sendiri.”

Hubungan personal akan didasari atas kesetaraan dan persahabatan, bukannya pembatasan yang posesif. Karena itu Godwin menilai jelek perkawinan sebagai, “kepemilikan terburuk,” karena perkawinan berusaha (dan biasanya gagal) membuat pilihan dari masa lalu menjadi permanen. Serupa dengan pandangannya bahwa anak-anak harus bebas dari dominasi orang tua dan guru-gurunya: “Tidak ada seorang manusia pun yang diwajibkan untuk belajar sesuatu tapi setiap manusia akan belajar karena mereka memang menginginkannya.”

Pendidikan akan dilakukan dalam sekolah mandiri atau mungkin lebih baik melalui instruksi dari individu itu sendiri. Menaruh tanggung jawab pendidikan ke tangan pemerintah menurut Godwin sangatlah berbahaya:


Ini adalah aliansi dari sebuah sisi yang lebih hebat dari pada aliansi lama dari gereja dan negara. Pemerintah tidak akan gagal menggunakannya untuk memperkuat genggamannya dan mengabadikan institusinya.


Ketika revolusi di Perancis berubah menjadi tirani, dan reaksi terhadap kaum radikal makin berkembang, keberuntungan Godwin pun runtuh. Pada waktu itu ia disamakan dengan “sama horornya seperti setan, atau vampir yang tak memiliki darah.” Di tahun 1797 kehidupan tenteramnya dengan Mary Wollstonecraft, seorang feminis dan penulis dari A Vindication of the Rights of Woman, diakhiri dengan tragedi kematian istrinya ketika melahirkan anak perempuan mereka, Mary.

Di tahun 1812, penyair muda Percy Bysshe Shelley, yang sangat berkeinginan untuk bertemu dengan sang penulis Political Justice, dipanggil ke rumah Godwin yang sepi. Shelley baru saja ditendang dari Universitas Oxford karena menulis sebuah pamplet, The Necessity of Atheism, yang dimulai dengan kalimat “Tuhan itu tidak ada...” Godwin dikenalkan kepada Mary dan keduanya saling jatuh cinta dalam waktu singkat, dua tahun kemudian mereka berdua bersama-sama kabur. Shelley sangat terpengaruh oleh filsafat Godwin, yang terus menerus ia perkenalkan melalui syair-syairnya, pada audiens-audiens baru, yang juga menjadi proses awal kelahiran seorang penyair termashyur dari para penyair anarkis.

Pada musim semi 1836, di umurnya yang mencapai 80 tahun, Godwin meninggal. Menurutnya, ia telah menghabiskan masa dewasanya, dengan mencoba, “melakukan bagianku untuk membebaskan pikiran manusia dari perbudakan.”


Catatan: Tentang William Godwin di atas merupakan kutipan langsung dari subjudul William Godwin tulisannya Clifford Harper yang berjudul Anarki, Sebuah Panduan Grafis, hal: 16-20. Diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Ernesto Setiawan, editor: Marty Dythia (Format pdf).

Kategori:Tokoh Anarkis *